Jumat, 12 Januari 2018

Makalah Agama Islam - Istiqomah

ISTIQOMAH
( Tugas Pendidikan Agama )



Dosen :
M. Tamsir Ridho, H. Drs, MA.
Disusun oleh :
Nur Rahayu Septiasari (PR)
Anis Farras Sina (BC)
Marina Srichasanah Siagian (BC)


STIKOM INTERSTUDI
TAHUN PELAJARAN 2017-2018



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah  Pendidik  Agam yang diberikan oleh M. Tamsir Ridho, H. Drs, MA. Makalah ini membahas mengenai ISTIQOMAH. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Jakarta,  Oktober 2017 
                                                                                               Penyusun 

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………..  ii
Daftar isi………………………………………………………………………………  iii

BAB I
Pendahuluan…………………………………………………………………………..  1
PermasalahaN

BAB II
Pembahasan…………………………………………………………………………… 2

BAB III
Penutup………………………………………………………………………………... 10

Daftar Pustaka………………………………………………………………………… 11







BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
          Sifat yang mulia ini (istiqomah) menjadi tuntutan Islam seperti yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam QS. Fushilat: 6, yang artinya: Katakanlah wahai Muhammad “Sesungguhnya aku hanyalah seorang  manusia seperti kamu, diwahyukan kepada aku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan yang satu; maka hendaklah kamu teguh di atas jalan yang lurus”.
          Sifat istiqomah inilah yang harus dimiliki oleh setiap muslim demi meraih kesuksesan di dunia dan di akhirat. Bercermin pada keberhasilan yang diraih oleh Rasulullah SAW, beliau teguh dalam membawa misi risalah dakwahnya meskipun beribu-ribu rintangan dan hambatan menghadang. Sayangnya, sikap keteguhan ini mulai pudar diantara kita. Sebaliknya, semangat serta mutiara akhlak Rasulullah telah menjadi sumber inspirasi bangsa-bangsa lain yang justru bukan muslim.

RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1.     Pengertian istiqomah
2.     Dalil-dalil yang berkaitan dengan istiqomah
3.     Karakteristik perilaku istiqomah
4.     Contoh perilaku istiqomah.

TUJUAN PENYUSUNAN
Adapun tujuan makalah adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui pengertian istiqomah
2.      Mengetahui dan memahami dalil-dalil yang berkaitan dengan istiqomah
3.      Mengetahui karakteristik perilaku istiqomah
4.       Meneladani perilaku istiqomah.
  



BAB II
PEMBAHASAN
1.      PENGERTIAN ISTIQOMAH
Istiqomah menurut bahasa adalah pendirian yang teguh atas jalan yang lurus. Sedangkan menurut istilah, istiqomah adalah bentuk kualitas batin yang melahirkan sikap konsisten (taat asas) dan teguh pendirian untuk menegakkan dan membentuk sesuatu menuju pada kesempurnaan atau kondisi yang lebih baik, sebagaimana kata taqwim merujuk pula pada bentuk yang sempurna.
“Tunjukilah kami jalan yang lurus”
Mustaqiim adalah ragkaian kata dari istiqomah. Kalau jalan yang lurus,shirotha mustaqiim telah diberikan, tercapailah sudah istiqomah.
Mengenai pengertian istiqomah itu sendiri, para ulama berbeda pendapat. Menurut Abu al-Qasim al-Qusyairi, istiqomah adalah sebuah tingkatan yang menjadi pelengkap dan penyempurna segala urusan. Lantaran istiqomahlah segala kebaikan berikut aturannya dapat terwujud. Orang yang tidak istiqomah dalam melakukan urusannya pasti akan sia-sia dan mengalami kegagalan.
Adapula yang berpendapat, istiqomah hanya mampu dilakukan oleh orang-orang besar karena istiqomah itu keluar dari kebiasaan, bertentangan dari tradisi, dan melakukan hakikat kejujuran di hadapan Allah SWT. Berangkat dari inilah Nabi bersabda, “istiqomahlah, sekalipun kalian tetap tidak akan mampu.” (HR. Ahmad)
Lain halnya dengan al-Wasithi, menurut beliau istiqomah adalah sifat yang bisa menjadikan sempurnanya kebaikan. Apabila ia hilang, kebaikan-kebaikan menjadi buruk.
Para ulam berbeda pendapat dalam menentukan istiqomah. Abu Bakar menafsirkan bahwa meraka adalah orang-orang yang tidak menyekutukan Allah SWT dengan sesuatupun. Ada yang menafsirkan bahwa mereka adalah yang masuk Islam lalu tidak menyekutukan Allah SWT dengan susuatupun hingga mereka menghadap kepada-Nya. Yang lainnya menafsirkan bahwa mereka istiqomah di atas kalimat syahadat, dan tafsiran yang lainnya bahwa mereka istiqomah dalam melakukan ketaatan kepada-Nya.
Menurut Abu Ali ad-Daqqaq, ada tiga derajat pengertian istiqomah, yaitu menegakkan atau membentuk sesuatu (taqwiim), menyehatkan dan meluruskan (iqomah), dan berlaku lurus (istiqomah). Taqwim menyangkut disiplin jiwa, iqomah berkaitan dengan penyempurnaan, dan istiqomah berhubungan dengan tindakan mendekatkan diri pada Allah SWT.
Sikap istiqomah menunjukkan kekuatan iman yang merasuki seluruh jiwa, sehingga seseorang tidak akan mudah goncang atau cepat menyerah pada tantangan atau tekanan. Mereka yang memiliki jiwa istiqomah itu adalah tipe manusia yang merasakan ketenangan luar biasa walau penampakkannya di luar bagai seorang yang gelisah. Dia merasa tenteran karena apa yang dia lakukan merupakan rangkaian ibadah sebagai bukti mahabbah. Tidak ada rasa takut apalagi keraguan.
Kegelisahan yang dimaksud janganlah ditafsirkan sebagai resah. Ia adalah metafora (tamsil) dari sikap dinamis atau sebuah obsesi kerinduan untuk mengerahkan seluruh daya dan akal budinya agar hasil pekerjaannya berakhir dengan baik atau sempurna.
Dengan demikian, istiqomah bukanlah berarti sebuah sikap yang jumud, tidak mau adanya perubahan, namun sebuah kindisi yang tetap konsisten menuju arah yang diyakininya dengan tetap terbuka terhadap gagasan inovatif yang akan menunjang atau memberikan kontribusi positif untuk pencapaian tujuannya. Mengomentari masalah ini, Dr. Nurcholis Madjid berkata, “Kesalahan itu timbul antara lain akibat persepsi bahwa istiqomah mengandung makna yang statis. Memang istiqomah mengandung arti kemantapan, tetapi tidak berarti kemandekkan, namun lebih dekat kepada arti stabilitas yang dinamis”, maka itulah yang disebut istiqomah.
Pribadi muslim yang profesional dan berakhlak memiliki sikap konsisten yaitu kemampuan untuk bersikap pantang menyerah, mampu mempertahankan prinsip serta komitmennya walau harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan dirinya.  Mereka mampu memngendalikan diri dan mengelola emosinya secara efektif. Sikap konsisten telah melahirkan kepercayaan diri yang kuat dan memiliki integritas serta mampu mengelola stres dengan tetap penuh gairah. Seorang yang istiqomah tidak mudah berbelok arah betapapun godaan untuk mengubah tujuan begitu memikatnya. Dia tetap pada niat semula.
Istiqomah berarti berhadapan dengan segala rintangan, konsisten berarti tetap menapaki jalan yang lurus walaupun sejuta halangan menghadang. Iman dan istiqomah akan membuahkan keselamatan dari segala macam keburukan dan meraih segala macam yang dicintai. Orang yang istiqomah juga akan dianugerahi kekokohan dan kemenangan, serta kesuksesan memerangi hawa nafsu. Beruntunglah orang yang mampu istiqomah dalam melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Khususnya pada zaman seperti ini, saat cobaan, ujian, dan godaan selalu menghiasi kehidupan. Siapa saja yang kuat imannya akan menuai keberuntungan yang besar. Dan siapa saja yang lemah imannya akan tersungkur di tengah belantara kehidupan dan mengecap pahitnya kegagalan.
Maka mari kita senantiasa meningkatkan iman dan memohon kepada Allah SWT agar bisa istiqomah dalam beramal shaleh. Terlebih dalam dua hal, yaitu istiqomah dalam keikhlasan dan mengikuti ajaran Allah SWT dan Rasul-Nya.

2.      DALIL-DALIL YANG BERKAITAN DENGAN ISTIQOMAH
Ø  QS. Huud (11): 112
Artinya: Maka konsisitenlah sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan  juga orang yang telah taubat bersamamu, dan janganlah kamu melalampaui batas. Sesungguhnya dia menyangkut apa yang kamu lakukan, maha melihat.
Ayat ini memerintahkan Nabi Muhammmad SAW untuk konsisten  dalam melaksanakan dan menegakkan tuntunan wahyu-wahyu Illahi sebaik mungkin sehingga terlaksana secara sempurna sebagaimana mestinya. Tuntuna wahyu bermacam-macam, ia mencakup seluruh persoalan agama dan kehidupan dunia maupun akhirat. Denagn demikian, perintah tersebut mencakup perbaikan kehidupan dunia dan ukhrowi, pribadi, masyarakat dan lingkungan. Karena itu, perintah ini sungguh sangat berat. Itu sebabnya sahabat Nabi Ibnu Abbas ra. berkomentar, tidak ada ayat yang turun kepada Nabi Muhammd SAW lebih berat dari ayat ini dan agaknya itu pula sebabnya sehingga Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa surah Huud menjadikan beliau beruban. Ketika ditanya apa yang terdapat pada surah Huud yang menjadikan beliau beruban, beliau menjawab, “Perintah-Nya, fastaqim kamaa umirta”. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ketika turunnya ayat ini beliau bersabda, ”Bersunggguh-sungguhlah, Bersunggguh-sungguhlah”. Dan sejak itu beliau tidak pernah lagi terlihat tertawa terbahak. (HR. Ibn Abi Hatim dan Abu asy-Syaikh melalui al-Hasan
Ayat sebelum ini berbicara tentang kitab Nabi Musa as dan pertikaian umatnya tentang kitab suci Taurat. Ayat ini melarang umat Islam bertikai seperti halnya pertikaian itu dan memerintahkan untuk konsisten memelihara dan mengamalkan kitab suci. Semua sepakat tentang Al-Quran yang dimulai dengan surah al-Fatihah dan berakhir dengan surah an-Naas

Ø  QS. Fushilat (41): 30-32
Artinya: 30. Sesungguhnya orang-orang yang berkata, Tuhan kami adalah Allah kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata) “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kanu bersedih hati dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan kepadamu”.
 31. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidpan dunia dan akhirat di dalamnya surga kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta.
32. Sebagai penghormatan (bagimu) dari Allah yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Inilah lanjutan dari bisikan malaikat yang disampaikan kedalam jiwa orang yang telah mengakui Allah SWT sebagai Tuhannya dan tetap teguh memegang pendirian, tidak berubah dan tidak beranjak, sebab hanyalah Allah tempat berlindung, tidak ada yang lain. Allahlah tempat memohonkan pertolongan, yang lain tidak. Maka selain dari ketenteraman hati diatas dunia ini sebagai alat paling penting untuk pertahanan jiwa dalam menghadapi serba-serbi gelombang kehidupan, dijanjikan pula bahwa kelak akan dimasukkan ke dalam surga.
Sambungan bujukan malaikat-malaikat itu yakni bahwasanya dengan izin dan perintah dari Allah mereka memberikan jaminan perlindungan bagi orang yang teguh memegang pendirian bertuhan  kepada Allah itu, baik semasa hidupnya di dunia terutama di akhirat kelak. Maka bertambah condonglah kita kepada pendapat yang telah kita kemukakan diatas tadi, yaitu bahwa malaikat datang bukanlah semata-mata dikala orang yang teguh pendirian itu akan meninggal saja bahkan pada masa hidup dalam kondisi apapun. Fahruddin menulis dalam tafsirnya tentang maksud ayat ini, malaikat memberikan perlindungan atau pimpinan ialah bahwa kekuatan malaikat itu ada pengaruhnya atas orang yang beriman denagn membukakan keyakinan yang penuh dalam suatu pendirian, dan memberikan ketegakkan yang hakiki, yang tidak meragukan lagi, sehingga jiwa itu berani menghadapi segala kemungkinan apapun.
Segala kepayahan dan penderitaaan mempertahankan pendirian itu dikala hidup di dunia terobatlah pada masa itu. Tercapaiklah sudah apa yang telah diperingatkan oleh Allah SWT bahwa Dia adalah Maha Pengampun. Sehingga orang yang telah terlanjur berbuat dosa selama inin asalkan dia betul-betul taubat, dosanya diampuni dan amalnya diterima. Dia Maha Penyayang, yaitu lebih senang dan memberikan ganjaran yang penuh kasih sayang terhadap hambanya yang patuh dan taat.

Ø  QS. Al-Ahqaaf (46): 13-14
Artinya: 13. Sesungguhnya orang yang mengatakan Tuhan kami ialah Allah kemudian mereka tetap istiqomah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berduka cita.
14. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. Sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.
Orang-orang yang mengaku bahwa Allah SWT adalah Tuhannya dan menjadikan Allah SWT sebagai sentral dalam segala sesuatu. Lalu mereka istiqomah, teguh, yang merupakan derajat tinggi. Derajat itu berupa ketenangan jiwa dan ketenteraman hati serta keistiqomahan perasaan. Sehingga tidak galau dan ragu-ragu karena adnya berbagai pengaruh yang keras, bervariasi dan banyak. Derajat itu berupa keistiqomahan perbuatan dan perilaku yang bersifat stabil dan dinamis meskipun banyak bisikan.

Ø  QS. Al-Furqon (25): 32
Artinya: Dan orang-orang kafir berkata, “Mengapa tidak diturunkan Al-Qur’an itu kepada Muhammasd dengan sekaligus?”. Diturunkan Al-Qur’an dengan cara demikian karena menetapkan hatimu (wahai Muhammad) dengannya, dan kami nyatakan bacaannya kepadamu dengan teratur satu persatu.
Ayat ini berkaitan dengan istiqomah hati, yakni senantiasa teguh dalam mempertahankan kesucian iman dengan cara menjaga kesucian hati daripada sifat syirik, menjauhi sifat-sifat cela seperti riya dan hendaknya menyuburkan hati dengan sifat terpuji, terutamanya ikhlas, dengan kata-kata lain istiqomah hati mempunyai maksud keyakinan yang kukuh terhadap kebenaran.

Ø  QS. Ibrahim (14): 27
Artinya: Allah menetapakan (pendirian) orang-orang yang beriman dengan kalimat yang tetap teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.
Ayat ini berkaitan dengan istiqomah lisan, yaitu dengan memelihara lisan atau tutur kata daripada kata-kata supaya senantiasa berkata benar dan jujur setepat kata hati  yang berpegang pada prinsip kebenaran dan jujur, tidak berpura-pura, tidak bermuka-muka, dan tidak berdolak-dalik. Istiqomah lisan terdapat pada orang yang beriman berani menyatakan dan mempertahankan kebenaran dan hanya takut kepada Allah SWT.

5.     KARAKTERISTIK PERILAKU ISTIQOMAH
A.    Mempunyai Tujuan
Sikap istiqomah hanya mungkin memasuki jiwa seseorang bila mereka mempunyai tujuan atau ada sesuatu yang ingin dicapai, mereka mempunyai visi yang jelas dan dihayatinya dengan penuh kebermaknaan. Merekapun sadar bahwa pencapaian tujuan tidaklah datang begitu saja, melainkan harus diperjuangkan dengan penuh kesabaran, kebijakan, kewaspadaan dan perbuatan yang memberikan kebaikan semata dengan menetapkan tujuan, mereka mampu merencanakan setiap tindakannya serta mengelola aset dirinya agar bekerja lebih efisien dan efektif. Dalam bidang pekerjaan, mereka menghayati benar apa yang menjadi batas tugas dan tanggungjawabnya dan mereka harus berperan melaksanakan tugas-tugasnya tersebut. Mereka tidak pernah menunda atau membengkalaikan tugas-tugasnya karena merasa ada tenggang waktu yang harus dikejar, karena hal itu akan menghambat bahkan menyimpang dari arah tindakan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.

B.     Kreatif
Orang yang memiliki istiqomah akan tampak dari kreatifitasnya, yaitu kemampuan untuk menghasilakan sesuatu melalui gagasan-gagasannya yang segar dan mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar serta tidak takut terhadap kegagalan, melainkan ia takut terhadap kemalasannya untuk mencoba.
Ciri-ciri orang yang kreatif diantaranya memiliki kekuatan motivasi untuk berprestasi, komitmen, serta inisiatif dan optimis.
C.     Waktu
Waktu adalah aset Illahiah yang paling berharga, bahkan merupakan kehidupan yang tidak dapat disia-siakan, sebagaimana yang difirmankan dalam QS. Al-Ashr.
                        Ciri-ci orang yang menghargai waktu diantaranya tanggungjawab dan disiplin dan tidak menunda-nunda waktu. Kedua tanda tersebut adalah salah satu ciri orang yang mempunyai kecerdasan ruhaniyah dan etos kerja yang mengillahi, menepati waktu dengan penuh rasa waspada dan hati-hati, mempunyai tanggungjawab dengan tidak menyia-nyiakan waktu melaikan ia menjadikan waktu sebagai lapangan untuk berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya karena suatu saat hak pakai akan segera dicabut oleh Sang Pemilik Waktu.
D.     Bersikap Sabar
Sabar merupakan suasana batin yang tetap tabah, istiqomah pada awal dan akhir ketika menghadapi tantangan dan mengemban tugas dengan hati yang tabah dan optimis, sehinnga dalam jiwa orang yang sabar terkandung beberapa hal, yaitu menerima dan menghadapi tantangan dengan tetap konsisten dan berpengharapan, tetap mampu mengendalikan dirinya, tidak monoton dalam menilai sesuatu.
6.     CONTOH PERILAKU ISTIQOMAH.
                  Kita harus mampu mengambil sikap sikap keteladanan dari Rasulullah SAW dalam hal keteguhan beliau membawa misi risalah dakwahnya. Suatu saat Abu Thalib membujuk Rasulullah SAW agar berhenti berdakwah. Rsulullah SAW dengan percaya diri dan teguh pendirian menjawab, “Wahai pamanku, demi Allah, kalau mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan agama ini (dakwah) tidaklah aku akan meninggalkannya sehingga Allah memberi kemenangan agama ini atau aku hancur di dalamnya.”
Istiqomah berarti konsisten pada jalan yang lurus walaupun sejuta halangan menghadang. Ini bukan idealisme, tetapi sebuah karakter yang melekat pada jiwa pribadi seorang muslim yang memiliki semangat tauhid laa ilaaha illallahu.Sebagaimana Bilal seorang mu’adzin yang tetap mengucapkan, “Ahad..Ahad..Ahad..!” walaupun dicambuk dan klitnya melepuh karena dibakar di atas pasir panas dan ditindih batu yang besar di atas perutnya. Istiqomah tangguh menghadapi badai berjalan sampai ke batas, berlayar sampai ke pulau. Kuliah sampai diwisuda dan kalau perlu berdagang sampai menjadi konglomerat, mengapa tidak?
Untuk mencapai semua itu, maka kuncinya adalah istiqomah.
Sikap keteguhan ini mulai pudar diantara kita. Sebaliknya, semangat serta mutiara akhlak Rasulullah telah menjadi sumber inspirasi bangsa-bangsa lain yang justru bukan muslim.
 Misalnya, sikap konsisten mempertahankan pendirian atau istiqomah itu ditunjukkan oleh seorang ilmuwan yang kita kenal, yaitu Galileo Galilei (lahir di kota Pisa tahun 1564). Dia menemukan pendulum sebagai alat untuk mengatur jam. Ketika ia mengunjungi Venesia pada usia 45 tahun, suatu kejadian lain mengubah hidupnya. Ia mendengar mengenai peralatan baru yang disebut teleskopdan bergegas pulang untuk merancang sebuah, dimulai dengan pembesaran 3 kali dan meningkatnya menjadi 32 kali pembesaran. Teleskop buatannya sendiri itu ternyata sangat bagus dan merupakan teleskop pertama yang digunakan untuk astronomi, sehingga kemudian banyak diminta di seluruh Eropa. Dengan kelebihan teknologi itu, ia kemudian menyumbangkan banyak penemuan penting seperti terungkapnya permukaan Mars ternyata tidak halus atau datar (melainkan berlubang-lubang) serta galaksi Bima Sakti benar-benar merupakan gugusan bintang. Galileo juga menemukan setelit-satelit Yupiter dan cincin Saturnus.
                   Dukungannya terhadap teori Nikolaus Copernicus yang menyatakan bumi bukan merupakan pusat alam semesta, serta mengejutkan peradaban manusia. Dewan pimpinan Gereja Katolik yang menuduhnya melakukan pelecehan, mengadilinya pada tahun 1633 dan menjebloskannya ke dalam tahanan rumah. Dia menimbulkan perdebatan besar di kalangan ilmuwan ketika dia menerbitkan bukunya yang berjudul Dialog Mengenai Dua Sistem Utama Dunia (Dialogue on the Two System of the World) yang diterbitkan pada tahun 1632. Bukunya mendukung teori yang diajukan oleh Copernicus yang menyatakan bahwa bumi berputar mengelilingi matahari. Galileo tidak surut atau melacurkan diri untuk mengubah hasil penemuannya kendati dia harus menghadapi hukuman dari Kerajaan Gereja Vatikan melalui penjara dan dikucilkan (excomunicatio). Dia tidak menyerah pada kekuasaan demi kebenaran walaupun Kardinal Bellarmine telah memperingatkannya enam belas tahun sebelumnya mengenai hal-hal yang dapat terjadi kepadanya jika berani menyatakannya. Paus sendiri lantas memerintahkan agar iia ditahan, dia kemudian diadili di Roma, dan dia menghabiskan delapan tahun dari hidupnya berada dalam tahanan rumah. Vatikan tidak pernah menyatakan bahwa mereka melakukan kekeliruan sampai tahun 1984, sekalipun mereka kemudian membatalkan tuntutan terhadapnya. Galileo telah membuktikan bahwa bumi hanyalah sebuah titik dalam suatu alam semesta yang sangat besar dan tentu bukan merupakan pusat darinya. Yang tidak banyak dikenal oleh umat Islam bahwa semangat itu pada awalnya diilhami oleh para ilmuwan muslim pada saat kejayaannya di Andalusia.




BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Istiqamah di jalan Allah, yakni senantiasa teguh dan konsisten untuk menjaga keimanan, dan teguh dalam menjalankan semua perintah Allah swt merupakan kewajiban bagi setiap kaum Muslim.  Siapa saja yang istiqamah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan banyak keutamaan, diantaranya adalah; pertama, penjagaan malaikat baik di kehidupan dunia maupun akherat. Kedua, karunia yang melimpah ruah, berujud harta yang banyak, kelapangan usaha, dan kebahagian hidup di dunia dan akherat. Keistiqamahan di jalan Allah direfleksikan dalam bentuk; teguh dalam keimanan, ikhlash dalam perbuatan, dan selalu menunaikan seluruh kewajiban.



  
DAFTAR PUSTAKA

Hafidz, Imam al-Faqih Abi Zakariya Muhyiddin Yahya an-Nawawi. Riyaadh ash-Sholihin. Surabaya.
Mu’is, Fahrur dan Muhammad Suhadi. 2009. Syarah Hadits Arbain an-Nawawi. Bandung: MQS Publishing
Suar, Teja. (ed.). 2004. Islam Saja! Bekal Bagi Pemuda Muslim. Bandung: Kalam UPI Press.
Tasmara, Toto. 2001. Kecerdasan Ruhaniyah (Transcedental Intellegence). Jakarta: Gema Insani Press.
Tasmara, Toto. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komunikasi Interaksional & Komunikasi Transaksional

KOMUNIKASI INTERAKSIONAL DAN KOMUNIKASI TRANSAKSIONAL ‘TEORI KOMUNIKASI’ Disusun Oleh : MARI...