ISTIQOMAH
(
Tugas Pendidikan Agama )
Dosen :
M.
Tamsir Ridho, H. Drs, MA.
Disusun oleh :
Nur
Rahayu Septiasari (PR)
Anis
Farras Sina (BC)
Marina
Srichasanah Siagian (BC)
STIKOM
INTERSTUDI
TAHUN
PELAJARAN 2017-2018
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat terselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidik Agam yang diberikan oleh M. Tamsir Ridho, H.
Drs, MA. Makalah ini membahas mengenai ISTIQOMAH. Harapan kami semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Jakarta, Oktober 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………….. ii
Daftar isi……………………………………………………………………………… iii
BAB I
Pendahuluan………………………………………………………………………….. 1
PermasalahaN
BAB II
Pembahasan…………………………………………………………………………… 2
BAB III
Penutup………………………………………………………………………………... 10
Daftar Pustaka………………………………………………………………………… 11
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR
BELAKANG
Sifat yang mulia ini (istiqomah) menjadi tuntutan Islam seperti yang
diperintahkan oleh Allah SWT dalam QS. Fushilat: 6, yang artinya: Katakanlah
wahai Muhammad “Sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu,
diwahyukan kepada aku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan yang satu; maka hendaklah
kamu teguh di atas jalan yang lurus”.
Sifat istiqomah inilah yang harus dimiliki oleh setiap muslim demi meraih
kesuksesan di dunia dan di akhirat. Bercermin pada keberhasilan yang diraih
oleh Rasulullah SAW, beliau teguh dalam membawa misi risalah dakwahnya meskipun
beribu-ribu rintangan dan hambatan menghadang. Sayangnya, sikap keteguhan ini
mulai pudar diantara kita. Sebaliknya, semangat serta mutiara akhlak Rasulullah
telah menjadi sumber inspirasi bangsa-bangsa lain yang justru bukan muslim.
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Pengertian istiqomah
2. Dalil-dalil yang
berkaitan dengan istiqomah
3. Karakteristik perilaku
istiqomah
4. Contoh perilaku
istiqomah.
TUJUAN PENYUSUNAN
Adapun tujuan makalah adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian
istiqomah
2. Mengetahui dan
memahami dalil-dalil yang berkaitan dengan istiqomah
3. Mengetahui
karakteristik perilaku istiqomah
4. Meneladani perilaku
istiqomah.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN ISTIQOMAH
Istiqomah menurut
bahasa adalah pendirian yang teguh atas jalan yang lurus. Sedangkan menurut
istilah, istiqomah adalah bentuk kualitas batin yang melahirkan sikap konsisten
(taat asas) dan teguh pendirian untuk menegakkan dan membentuk sesuatu menuju
pada kesempurnaan atau kondisi yang lebih baik, sebagaimana kata taqwim merujuk
pula pada bentuk yang sempurna.
“Tunjukilah kami jalan
yang lurus”
Mustaqiim adalah ragkaian
kata dari istiqomah. Kalau jalan yang lurus,shirotha mustaqiim telah
diberikan, tercapailah sudah istiqomah.
Mengenai pengertian
istiqomah itu sendiri, para ulama berbeda pendapat. Menurut Abu al-Qasim al-Qusyairi,
istiqomah adalah sebuah tingkatan yang menjadi pelengkap dan penyempurna segala
urusan. Lantaran istiqomahlah segala kebaikan berikut aturannya dapat terwujud.
Orang yang tidak istiqomah dalam melakukan urusannya pasti akan sia-sia dan
mengalami kegagalan.
Adapula yang
berpendapat, istiqomah hanya mampu dilakukan oleh orang-orang besar karena
istiqomah itu keluar dari kebiasaan, bertentangan dari tradisi, dan melakukan
hakikat kejujuran di hadapan Allah SWT. Berangkat dari inilah Nabi bersabda,
“istiqomahlah, sekalipun kalian tetap tidak akan mampu.” (HR. Ahmad)
Lain halnya dengan
al-Wasithi, menurut beliau istiqomah adalah sifat yang bisa menjadikan
sempurnanya kebaikan. Apabila ia hilang, kebaikan-kebaikan menjadi buruk.
Para ulam berbeda
pendapat dalam menentukan istiqomah. Abu Bakar menafsirkan bahwa meraka adalah
orang-orang yang tidak menyekutukan Allah SWT dengan sesuatupun. Ada yang
menafsirkan bahwa mereka adalah yang masuk Islam lalu tidak menyekutukan Allah
SWT dengan susuatupun hingga mereka menghadap kepada-Nya. Yang lainnya
menafsirkan bahwa mereka istiqomah di atas kalimat syahadat, dan tafsiran yang
lainnya bahwa mereka istiqomah dalam melakukan ketaatan kepada-Nya.
Menurut Abu Ali
ad-Daqqaq, ada tiga derajat pengertian istiqomah, yaitu menegakkan atau
membentuk sesuatu (taqwiim), menyehatkan dan meluruskan (iqomah),
dan berlaku lurus (istiqomah). Taqwim menyangkut disiplin jiwa, iqomah
berkaitan dengan penyempurnaan, dan istiqomah berhubungan dengan tindakan
mendekatkan diri pada Allah SWT.
Sikap istiqomah
menunjukkan kekuatan iman yang merasuki seluruh jiwa, sehingga seseorang tidak
akan mudah goncang atau cepat menyerah pada tantangan atau tekanan. Mereka yang
memiliki jiwa istiqomah itu adalah tipe manusia yang merasakan ketenangan luar
biasa walau penampakkannya di luar bagai seorang yang gelisah. Dia merasa
tenteran karena apa yang dia lakukan merupakan rangkaian ibadah sebagai
bukti mahabbah. Tidak ada rasa takut apalagi keraguan.
Kegelisahan yang
dimaksud janganlah ditafsirkan sebagai resah. Ia adalah metafora (tamsil)
dari sikap dinamis atau sebuah obsesi kerinduan untuk mengerahkan seluruh daya
dan akal budinya agar hasil pekerjaannya berakhir dengan baik atau sempurna.
Dengan demikian,
istiqomah bukanlah berarti sebuah sikap yang jumud, tidak mau adanya perubahan,
namun sebuah kindisi yang tetap konsisten menuju arah yang diyakininya dengan
tetap terbuka terhadap gagasan inovatif yang akan menunjang atau memberikan
kontribusi positif untuk pencapaian tujuannya. Mengomentari masalah ini, Dr.
Nurcholis Madjid berkata, “Kesalahan itu timbul antara lain akibat persepsi
bahwa istiqomah mengandung makna yang statis. Memang istiqomah mengandung arti
kemantapan, tetapi tidak berarti kemandekkan, namun lebih dekat kepada arti
stabilitas yang dinamis”, maka itulah yang disebut istiqomah.
Pribadi muslim yang
profesional dan berakhlak memiliki sikap konsisten yaitu kemampuan untuk
bersikap pantang menyerah, mampu mempertahankan prinsip serta komitmennya walau
harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan dirinya. Mereka mampu
memngendalikan diri dan mengelola emosinya secara efektif. Sikap konsisten
telah melahirkan kepercayaan diri yang kuat dan memiliki integritas serta mampu
mengelola stres dengan tetap penuh gairah. Seorang yang istiqomah tidak mudah
berbelok arah betapapun godaan untuk mengubah tujuan begitu memikatnya. Dia
tetap pada niat semula.
Istiqomah berarti
berhadapan dengan segala rintangan, konsisten berarti tetap menapaki jalan yang
lurus walaupun sejuta halangan menghadang. Iman dan istiqomah akan membuahkan
keselamatan dari segala macam keburukan dan meraih segala macam yang dicintai.
Orang yang istiqomah juga akan dianugerahi kekokohan dan kemenangan, serta
kesuksesan memerangi hawa nafsu. Beruntunglah orang yang mampu istiqomah dalam
melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Khususnya pada zaman seperti ini, saat
cobaan, ujian, dan godaan selalu menghiasi kehidupan. Siapa saja yang kuat
imannya akan menuai keberuntungan yang besar. Dan siapa saja yang lemah imannya
akan tersungkur di tengah belantara kehidupan dan mengecap pahitnya kegagalan.
Maka mari kita
senantiasa meningkatkan iman dan memohon kepada Allah SWT agar bisa istiqomah
dalam beramal shaleh. Terlebih dalam dua hal, yaitu istiqomah dalam keikhlasan
dan mengikuti ajaran Allah SWT dan Rasul-Nya.
2.
DALIL-DALIL YANG BERKAITAN DENGAN ISTIQOMAH
Ø QS. Huud (11): 112
Artinya: Maka
konsisitenlah sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan juga orang
yang telah taubat bersamamu, dan janganlah kamu melalampaui batas. Sesungguhnya
dia menyangkut apa yang kamu lakukan, maha melihat.
Ayat ini memerintahkan
Nabi Muhammmad SAW untuk konsisten dalam melaksanakan dan menegakkan
tuntunan wahyu-wahyu Illahi sebaik mungkin sehingga terlaksana secara sempurna
sebagaimana mestinya. Tuntuna wahyu bermacam-macam, ia mencakup seluruh
persoalan agama dan kehidupan dunia maupun akhirat. Denagn demikian, perintah
tersebut mencakup perbaikan kehidupan dunia dan ukhrowi, pribadi, masyarakat
dan lingkungan. Karena itu, perintah ini sungguh sangat berat. Itu sebabnya
sahabat Nabi Ibnu Abbas ra. berkomentar, tidak ada ayat yang turun kepada Nabi
Muhammd SAW lebih berat dari ayat ini dan agaknya itu pula sebabnya sehingga
Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa surah Huud menjadikan beliau beruban. Ketika
ditanya apa yang terdapat pada surah Huud yang menjadikan beliau beruban,
beliau menjawab, “Perintah-Nya, fastaqim kamaa umirta”. Dalam
riwayat lain disebutkan bahwa ketika turunnya ayat ini beliau bersabda,
”Bersunggguh-sungguhlah, Bersunggguh-sungguhlah”. Dan sejak itu beliau tidak
pernah lagi terlihat tertawa terbahak. (HR. Ibn Abi Hatim dan Abu asy-Syaikh
melalui al-Hasan
Ayat sebelum ini
berbicara tentang kitab Nabi Musa as dan pertikaian umatnya tentang kitab suci
Taurat. Ayat ini melarang umat Islam bertikai seperti halnya pertikaian itu dan
memerintahkan untuk konsisten memelihara dan mengamalkan kitab suci. Semua
sepakat tentang Al-Quran yang dimulai dengan surah al-Fatihah dan berakhir
dengan surah an-Naas
Ø QS. Fushilat (41):
30-32
Artinya: 30. Sesungguhnya
orang-orang yang berkata, Tuhan kami adalah Allah kemudian mereka meneguhkan
pendirian mereka maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan
berkata) “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kanu bersedih hati dan
bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan kepadamu”.
31. Kamilah
pelindung-pelindungmu dalam kehidpan dunia dan akhirat di dalamnya surga kamu
memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta.
32. Sebagai
penghormatan (bagimu) dari Allah yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Inilah lanjutan dari
bisikan malaikat yang disampaikan kedalam jiwa orang yang telah mengakui Allah
SWT sebagai Tuhannya dan tetap teguh memegang pendirian, tidak berubah dan
tidak beranjak, sebab hanyalah Allah tempat berlindung, tidak ada yang lain.
Allahlah tempat memohonkan pertolongan, yang lain tidak. Maka selain dari
ketenteraman hati diatas dunia ini sebagai alat paling penting untuk pertahanan
jiwa dalam menghadapi serba-serbi gelombang kehidupan, dijanjikan pula bahwa
kelak akan dimasukkan ke dalam surga.
Sambungan bujukan
malaikat-malaikat itu yakni bahwasanya dengan izin dan perintah dari Allah
mereka memberikan jaminan perlindungan bagi orang yang teguh memegang pendirian
bertuhan kepada Allah itu, baik semasa hidupnya di dunia terutama di
akhirat kelak. Maka bertambah condonglah kita kepada pendapat yang telah kita
kemukakan diatas tadi, yaitu bahwa malaikat datang bukanlah semata-mata dikala
orang yang teguh pendirian itu akan meninggal saja bahkan pada masa hidup dalam
kondisi apapun. Fahruddin menulis dalam tafsirnya tentang maksud ayat ini,
malaikat memberikan perlindungan atau pimpinan ialah bahwa kekuatan malaikat
itu ada pengaruhnya atas orang yang beriman denagn membukakan keyakinan yang
penuh dalam suatu pendirian, dan memberikan ketegakkan yang hakiki, yang tidak
meragukan lagi, sehingga jiwa itu berani menghadapi segala kemungkinan apapun.
Segala kepayahan dan
penderitaaan mempertahankan pendirian itu dikala hidup di dunia terobatlah pada
masa itu. Tercapaiklah sudah apa yang telah diperingatkan oleh Allah SWT bahwa
Dia adalah Maha Pengampun. Sehingga orang yang telah terlanjur berbuat dosa
selama inin asalkan dia betul-betul taubat, dosanya diampuni dan amalnya
diterima. Dia Maha Penyayang, yaitu lebih senang dan memberikan ganjaran yang
penuh kasih sayang terhadap hambanya yang patuh dan taat.
Ø QS. Al-Ahqaaf (46):
13-14
Artinya: 13. Sesungguhnya orang
yang mengatakan Tuhan kami ialah Allah kemudian mereka tetap istiqomah, maka
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berduka cita.
14. Mereka itulah
penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. Sebagai balasan atas apa yang telah
mereka kerjakan.
Orang-orang yang
mengaku bahwa Allah SWT adalah Tuhannya dan menjadikan Allah SWT sebagai sentral
dalam segala sesuatu. Lalu mereka istiqomah, teguh, yang merupakan derajat
tinggi. Derajat itu berupa ketenangan jiwa dan ketenteraman hati serta
keistiqomahan perasaan. Sehingga tidak galau dan ragu-ragu karena adnya
berbagai pengaruh yang keras, bervariasi dan banyak. Derajat itu berupa
keistiqomahan perbuatan dan perilaku yang bersifat stabil dan dinamis meskipun
banyak bisikan.
Ø QS. Al-Furqon (25): 32
Artinya: Dan
orang-orang kafir berkata, “Mengapa tidak diturunkan Al-Qur’an itu kepada
Muhammasd dengan sekaligus?”. Diturunkan Al-Qur’an dengan cara demikian karena
menetapkan hatimu (wahai Muhammad) dengannya, dan kami nyatakan bacaannya
kepadamu dengan teratur satu persatu.
Ayat ini berkaitan
dengan istiqomah hati, yakni senantiasa teguh dalam mempertahankan kesucian
iman dengan cara menjaga kesucian hati daripada sifat syirik, menjauhi
sifat-sifat cela seperti riya dan hendaknya menyuburkan hati dengan sifat
terpuji, terutamanya ikhlas, dengan kata-kata lain istiqomah hati mempunyai
maksud keyakinan yang kukuh terhadap kebenaran.
Ø QS. Ibrahim (14): 27
Artinya: Allah
menetapakan (pendirian) orang-orang yang beriman dengan kalimat yang tetap
teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.
Ayat ini berkaitan
dengan istiqomah lisan, yaitu dengan memelihara lisan atau tutur kata daripada
kata-kata supaya senantiasa berkata benar dan jujur setepat kata hati
yang berpegang pada prinsip kebenaran dan jujur, tidak berpura-pura, tidak
bermuka-muka, dan tidak berdolak-dalik. Istiqomah lisan terdapat pada orang yang
beriman berani menyatakan dan mempertahankan kebenaran dan hanya takut kepada
Allah SWT.
5.
KARAKTERISTIK PERILAKU ISTIQOMAH
A.
Mempunyai Tujuan
Sikap istiqomah hanya
mungkin memasuki jiwa seseorang bila mereka mempunyai tujuan atau ada sesuatu
yang ingin dicapai, mereka mempunyai visi yang jelas dan dihayatinya dengan
penuh kebermaknaan. Merekapun sadar bahwa pencapaian tujuan tidaklah datang
begitu saja, melainkan harus diperjuangkan dengan penuh kesabaran, kebijakan,
kewaspadaan dan perbuatan yang memberikan kebaikan semata dengan menetapkan
tujuan, mereka mampu merencanakan setiap tindakannya serta mengelola aset
dirinya agar bekerja lebih efisien dan efektif. Dalam bidang pekerjaan, mereka
menghayati benar apa yang menjadi batas tugas dan tanggungjawabnya dan mereka
harus berperan melaksanakan tugas-tugasnya tersebut. Mereka tidak pernah
menunda atau membengkalaikan tugas-tugasnya karena merasa ada tenggang waktu
yang harus dikejar, karena hal itu akan menghambat bahkan menyimpang dari arah
tindakan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.
B.
Kreatif
Orang yang memiliki
istiqomah akan tampak dari kreatifitasnya, yaitu kemampuan untuk menghasilakan
sesuatu melalui gagasan-gagasannya yang segar dan mempunyai rasa ingin tahu
yang sangat besar serta tidak takut terhadap kegagalan, melainkan ia takut
terhadap kemalasannya untuk mencoba.
Ciri-ciri orang yang
kreatif diantaranya memiliki kekuatan motivasi untuk berprestasi, komitmen,
serta inisiatif dan optimis.
C.
Waktu
Waktu adalah aset
Illahiah yang paling berharga, bahkan merupakan kehidupan yang tidak dapat
disia-siakan, sebagaimana yang difirmankan dalam QS. Al-Ashr.
Ciri-ci orang yang menghargai waktu diantaranya tanggungjawab dan disiplin dan
tidak menunda-nunda waktu. Kedua tanda tersebut adalah salah satu ciri orang
yang mempunyai kecerdasan ruhaniyah dan etos kerja yang mengillahi, menepati
waktu dengan penuh rasa waspada dan hati-hati, mempunyai tanggungjawab dengan
tidak menyia-nyiakan waktu melaikan ia menjadikan waktu sebagai lapangan untuk
berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya karena suatu saat hak pakai akan segera
dicabut oleh Sang Pemilik Waktu.
D.
Bersikap Sabar
Sabar merupakan suasana batin yang tetap tabah, istiqomah pada
awal dan akhir ketika menghadapi tantangan dan mengemban tugas dengan hati yang
tabah dan optimis, sehinnga dalam jiwa orang yang sabar terkandung beberapa
hal, yaitu menerima dan menghadapi tantangan dengan tetap konsisten dan
berpengharapan, tetap mampu mengendalikan dirinya, tidak monoton dalam menilai
sesuatu.
6.
CONTOH PERILAKU ISTIQOMAH.
Kita harus mampu mengambil sikap sikap keteladanan dari Rasulullah SAW dalam
hal keteguhan beliau membawa misi risalah dakwahnya. Suatu saat Abu Thalib
membujuk Rasulullah SAW agar berhenti berdakwah. Rsulullah SAW dengan percaya
diri dan teguh pendirian menjawab, “Wahai pamanku, demi Allah, kalau mereka
meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku
meninggalkan urusan agama ini (dakwah) tidaklah aku akan meninggalkannya sehingga
Allah memberi kemenangan agama ini atau aku hancur di dalamnya.”
Istiqomah berarti konsisten pada jalan yang lurus walaupun
sejuta halangan menghadang. Ini bukan idealisme, tetapi sebuah karakter yang
melekat pada jiwa pribadi seorang muslim yang memiliki semangat tauhid laa
ilaaha illallahu.Sebagaimana Bilal seorang mu’adzin yang tetap mengucapkan,
“Ahad..Ahad..Ahad..!” walaupun dicambuk dan klitnya melepuh karena
dibakar di atas pasir panas dan ditindih batu yang besar di atas perutnya.
Istiqomah tangguh menghadapi badai berjalan sampai ke batas, berlayar sampai ke
pulau. Kuliah sampai diwisuda dan kalau perlu berdagang sampai menjadi
konglomerat, mengapa tidak?
Untuk mencapai semua itu, maka kuncinya adalah
istiqomah.
Sikap keteguhan ini mulai pudar diantara kita. Sebaliknya,
semangat serta mutiara akhlak Rasulullah telah menjadi sumber inspirasi
bangsa-bangsa lain yang justru bukan muslim.
Misalnya, sikap konsisten
mempertahankan pendirian atau istiqomah itu ditunjukkan oleh seorang ilmuwan
yang kita kenal, yaitu Galileo Galilei (lahir di kota Pisa tahun 1564). Dia
menemukan pendulum sebagai alat untuk mengatur jam. Ketika ia mengunjungi
Venesia pada usia 45 tahun, suatu kejadian lain mengubah hidupnya. Ia mendengar
mengenai peralatan baru yang disebut teleskopdan bergegas pulang untuk
merancang sebuah, dimulai dengan pembesaran 3 kali dan meningkatnya menjadi 32
kali pembesaran. Teleskop buatannya sendiri itu ternyata sangat bagus dan
merupakan teleskop pertama yang digunakan untuk astronomi, sehingga kemudian
banyak diminta di seluruh Eropa. Dengan kelebihan teknologi itu, ia kemudian
menyumbangkan banyak penemuan penting seperti terungkapnya permukaan Mars
ternyata tidak halus atau datar (melainkan berlubang-lubang) serta galaksi Bima
Sakti benar-benar merupakan gugusan bintang. Galileo juga menemukan
setelit-satelit Yupiter dan cincin Saturnus.
Dukungannya terhadap teori Nikolaus Copernicus yang menyatakan bumi bukan
merupakan pusat alam semesta, serta mengejutkan peradaban manusia. Dewan
pimpinan Gereja Katolik yang menuduhnya melakukan pelecehan, mengadilinya pada
tahun 1633 dan menjebloskannya ke dalam tahanan rumah. Dia menimbulkan
perdebatan besar di kalangan ilmuwan ketika dia menerbitkan bukunya yang
berjudul Dialog Mengenai Dua Sistem Utama Dunia (Dialogue
on the Two System of the World) yang diterbitkan pada tahun 1632. Bukunya
mendukung teori yang diajukan oleh Copernicus yang menyatakan bahwa bumi
berputar mengelilingi matahari. Galileo tidak surut atau melacurkan diri untuk
mengubah hasil penemuannya kendati dia harus menghadapi hukuman dari Kerajaan
Gereja Vatikan melalui penjara dan dikucilkan (excomunicatio). Dia tidak
menyerah pada kekuasaan demi kebenaran walaupun Kardinal Bellarmine telah
memperingatkannya enam belas tahun sebelumnya mengenai hal-hal yang dapat
terjadi kepadanya jika berani menyatakannya. Paus sendiri lantas memerintahkan
agar iia ditahan, dia kemudian diadili di Roma, dan dia menghabiskan delapan
tahun dari hidupnya berada dalam tahanan rumah. Vatikan tidak pernah menyatakan
bahwa mereka melakukan kekeliruan sampai tahun 1984, sekalipun mereka kemudian
membatalkan tuntutan terhadapnya. Galileo telah membuktikan bahwa bumi hanyalah
sebuah titik dalam suatu alam semesta yang sangat besar dan tentu bukan
merupakan pusat darinya. Yang tidak banyak dikenal oleh umat Islam bahwa
semangat itu pada awalnya diilhami oleh para ilmuwan muslim pada saat
kejayaannya di Andalusia.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Istiqamah
di jalan Allah, yakni senantiasa teguh dan konsisten untuk menjaga keimanan,
dan teguh dalam menjalankan semua perintah Allah swt merupakan kewajiban bagi
setiap kaum Muslim. Siapa saja yang istiqamah di jalan Allah, niscaya
mereka akan mendapatkan banyak keutamaan, diantaranya adalah; pertama,
penjagaan malaikat baik di kehidupan dunia maupun akherat. Kedua, karunia yang
melimpah ruah, berujud harta yang banyak, kelapangan usaha, dan kebahagian
hidup di dunia dan akherat. Keistiqamahan di jalan Allah direfleksikan dalam
bentuk; teguh dalam keimanan, ikhlash dalam perbuatan, dan selalu menunaikan
seluruh kewajiban.
DAFTAR PUSTAKA
Hafidz, Imam al-Faqih
Abi Zakariya Muhyiddin Yahya an-Nawawi. Riyaadh ash-Sholihin.
Surabaya.
Mu’is, Fahrur dan
Muhammad Suhadi. 2009. Syarah Hadits Arbain an-Nawawi. Bandung: MQS
Publishing
Suar, Teja. (ed.).
2004. Islam Saja! Bekal Bagi Pemuda Muslim. Bandung: Kalam UPI
Press.
Tasmara, Toto.
2001. Kecerdasan Ruhaniyah (Transcedental Intellegence). Jakarta:
Gema Insani Press.
Tasmara, Toto.
2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar